Sebagai orang tua baru, Moms pasti sering dapat saran tentang cara membesarkan anak, entah itu dari keluarga atau teman. Hal tersebut merupakan bentuk perhatian dari mereka. Namun, terkadang, beberapa saran bisa sangat bertentangan. Ada yang bilang bahwa MPASI harus variatif, tapi ada juga yang menyarankan menu MPASI tunggal.
Berada di situasi semacam ini jelas akan sangat membingungkan, ya, Moms. Untuk itu, mari membahas tentang beberapa mitos dan fakta gizi anak yang sering ditemukan. Bersama dr. Dyah Arum K., M.Gizi, dokter gizi medik sekaligus konselor laktasi dan MPASI, yuk cari tahu mana yang mitos dan mana yang merupakan fakta gizi anak!
Gula bisa membuat anak sugar rush?
Ternyata, hal ini merupakan mitos. Istilah sugar rush sendiri muncul karena manusia akan cenderung aktif setelah mereka mengonsumsi gula dalam jumlah banyak. Walau begitu, sebenarnya kondisi tersebut tidak berlangsung lama.
dr. Dyah Arum K., M.Gizi menjelaskan bahwa makanan yang tinggi gula memang bisa membuat anak menjadi lebih aktif. Namun, mereka juga akan merasa cepat lelah. Ini terjadi karena pada gula (atau makanan berkarbohidrat tinggi) terdapat glukosa. Nah, glukosa inilah yang membantu tubuh menghasilkan energi dalam waktu singkat.
Namun, energi tersebut tidak akan bertahan lama. Sebab, gula tergolong karbohidrat sederhana yang cepat dicerna oleh tubuh. Untuk pasokan energi yang lebih panjang, sebaiknya Moms memberikan karbohidrat kompleks seperti roti gandum atau kentang.
Anak harus selalu menghabiskan makanannya?
Si kecil pernah menyisakan makanannya? Situasi tersebut pasti akan membuat Moms bertanya-tanya. Dari dulu, sudah ada “didikan” untuk selalu menghabiskan makanan. Namun, sebenarnya apakah aturan ini termasuk fakta atau justru mitos belaka?
Anak tidak diharuskan untuk menghabiskan makanannya, Moms. Walau begitu, sebaiknya Moms mencari tahu ukuran porsi makan yang tepat untuk anak. Selain dengan mengamati kebiasaan si kecil, dr. Arum juga merekomendasikan untuk memberikan porsi makan sesuai usianya.
“Dengan memberi porsi makan yang tepat, maka anak akan terbiasa meregulasi dirinya sendiri,” begitu kata dr. Dyah, Moms. Jadi, bisa disimpulkan bahwa poin kali ini adalah mitos.
Makanan berlemak tidak baik untuk anak?
Banyak yang beranggapan bahwa bayi tidak boleh diberi makanan berlemak. Sebab, lemak dikhawatirkan bisa memberi dampak negatif saat usia mereka bertambah. Benarkah demikian?
Ternyata, anggapan tersebut merupakan sebuah mitos. Lemak sebenarnya merupakan zat gizi makro yang sangat diperlukan tubuh manusia. Baik anak-anak maupun dewasa memerlukan lemak untuk bisa beraktivitas. Hanya saja, pada orang dewasa, konsumsi lemak memang harus dibatasi karena bisa memicu penyakit kardiovaskular.
dr. Arum juga menambahkan bahwa sebenarnya tidak ada pembatasan lemak dan kolestrol untuk anak di bawah dua tahun. Setelah masuk usia dua tahun, Moms bisa mengikuti AKG (Angka Kecukupan Gizi). Usia 1-3 tahun bisa diberi lemak 44 g, sedangkan untuk usia 4-6 tahun adalah 42 g. Lemak yang diberikan pun sebaiknya berasal dari protein hewani. Bisa juga dari buah alpukat atau kacang-kacangan.
Anak tidak boleh ngemil di antara waktu makan?
Hal ini pun ternyata termasuk mitos, Moms. Anak diperbolehkan untuk ngemil di sela-sela waktu makan utamanya. Lalu, sebenarnya kapan waktu terbaik untuk memberikan camilan?
Menurut dr. Arum, waktu ngemil si kecil sebaiknya disesuaikan dengan aktivitas dan waktu pengosongan lambung anak. Lambung anak-anak umumnya memerlukan waktu 2-3 jam untuk mencerna seluruh makanan dan kosong kembali. Itulah waktu paling baik untuk ngemil.
Misalnya anak sarapan jam 7:00 dan aktivitasnya tidak terlalu berat, Moms bisa memberikan snack pada pukul 10:00. Lalu, makan siang bisa mulai diberikan pada jam 12:00. Jika dibuat jadwal, dalam satu hari, anak akan makan berat 3x dan ngemil 2x.
dr. Arum juga menambahkan bahwa camilan akan memenuhi kebutuhan gizi si kecil. Sebab, ada kalanya makan berat saja belum bisa memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral anak. Di situlah camilan berperan sebagai pelengkap. Camilan tak selalu hanya dalam bentuk makanan, lho, Moms juga bisa memberikan si kecil susu seperti Indomilk UHT Kids Less Sugar yang 25% lebih rendah gula.
Dengan porsi pas dan rasa cokelat yummy, kebutuhan vitamin dan mineral anak pun terpenuhi tanpa worry dengan Indomilk UHT Kids Less Sugar. Jadi, di samping dukung pertumbuhan anak, Indomilk UHT Kids Less Sugar juga bisa bantu jaga asupan gula, cocok untuk batita yang akan beralih dari ASI atau susu bubuk GUM.